Rabu, 22 Januari 2014

Bercinta dalam Do'a

Aku adalah sebuah molekul kecil dari sebuah atom. Aku terlepas dari atom itu lalu terdampar disini, didepan meja dan tumpukan buku ini. ya, inilah aku aku adalah seorang pelajar kelas X SMA. Sekolahku menerapkan sistem pembelajaran fullday, yang menuntutku pulang sore, aku sudah menghabiskan soreku di taman depan sekolah, entah kenepa rasanya sangat nyaman berada disini, menikmati lambaian angin dan menghirup udara lalu merasakannya masuk keparu-paru. Disebelah kananku ada penjual pentol dan es yang sedanng sibuk melayani teman-temanku, aku hanya menoleh dan tersenyum. Aku melihat jamku sudah jam 5 ternyata, aku harus segera pulang jika tidak ingin ketinggalan bis. Aku pun berpamitan dengan teman-temanku lalu melambaikan tangan, kemudian bergegas membereskan buku-buku yang akan kutenteng. Aku berjalan santai sembil menikmati ciptaan-Nya, begitu indah dan terasa dasyat. Tak tersadar aku terjatuh karena sebah lubang, "Aduh...aish siapa sih yang bikin lunang disini?" aku menggerutu sambil mengusap-usap kakiku. "Air hujan, ban sepeda, dan paping yang telah usang" suara itu sekejap mengalihkan perhatianku, nampak didepankku berdiri seorang lelaki yang tinggi tegap sedang menghisap rokok dan sukses menghasilkan asap pekat. Aku tertegun dan hanya mematung, kemudian pemuda itu membereskan buku-bukuku yang terjatuh sembarangan, kemudian ia menawarkan tangannya padaku. Aku yang baru sadar dari lamunanku langsung berdiri sendiri tanpa menerima tangan lelaki itu. "Aku tidak kenapa-kenapa, sekarang kembalikan bukuku, dan biarka aku melanjutkan perjalananku" ucapku dengan cepat tanpa mempersilahkan hidungku untuk menghirup udara, lalu aku langsung merebut bukuku dan beranjak pergi. Tapi lelaki itu kemudian membalikkan badan dan berkata "jagalah dirimu sendiri, dan jangan salahkan lubang tak berdosa". Apa maksut lelaki tadi, lubang memang tidak memiliki dosa ataupun pahala. Aku tak mempedulikannya, aku hanya belalu sambil mengejar bisku yang nyaris saja pergi.

bersambung...,
mau belajar dulu besok ada post-test fisika figthing!!

Puitis, Katanya...

"gedung itu berisi kenangan, dan gedung disebelahnya berisi masa depan"
"mutiara itu akan semakin indah, setelah ia dicuri orang"
"kebahagian itu adalah rasa, bukan soal kata-kata"

by: Anita

seuntai kata untuk mentariku

"Aku mencintaimu, tapi aku juga mencintaiku duniaku.
Mengapa mencintaimu begitu sulit, hingga aku hanya dapat berdo'a untuk dapat mencintaimu.
Maka izinkanlah aku mencintaimu dalam do'a"

by Anita

Tanpa kau sadari,
ada seseorang yang terus memandangi fotomu.
mencari kabar tentang dirimu, berharap dirmu merasakan hal itu

untukmu masa laluku

by: Anita

Tidak ada teman yang sama
karena seorang teman hanya satu dan tidak ada yang bisa menyamainya

by: Anita untuk teman sepanjang masa "WANDA"

Selasa, 21 Januari 2014

Seuntai kata untuk kalian..


lihatlah senyum kalian, begitu indah bukan?,
terimakasih telah tersenyum bersamaku, terimakasih telah menghabiskan sebagian hidup kalian bersamakku.
Tiada mutiara yang pantas untuk kujadikan hadiah selain kata "terimakasih"
Bapak, Ibu, dan Kakakku.
Kalian begitu berharga, hingga tangan ini tak kuasa melepaskan genggamannya.
Banyak cobaan yang kita lalui akhir-akhir ini, tapi banyak pula kebahagiaan yang datang.
Mungkin beberapa rupiah telah lenyap dari kantong kita, tapi ada sesuatu yang mulai berbenih dalam hati kita.
Mungkin itu cara Tuhan menyampaikan sayangnya pada kita.
Atas susah dan senang ini kuucapkan TERIMAKASIH

Malam Pelampiasan

Hitam dan putih itu bertolak belakang. tapi tak pernah terpisahkan, sama seperti malam ini ramai dan sepi terjadi di satu tenpat. Dalam toko itu sepi, namun jalanan didepannya ramai, ramai oleh hilir mudik kendaraan dan hiruk pikuk anak-anak muda yang hendak menghabiskan malam ini. Sama seperti Jefri dan Niko yang memilih alun-alun kota sebagai pelampiasan omelan emaknya. Menghindar dari tugasnya berbelanja untuk keperluan jualan nasi emaknya esok pagi, mungkin ia kesal kenapa harus ia yanng belanja, padahal emaknya asyik nonton TV, sinetron kesukaannya. Ia sama sekali tak peduli dengan pr atau sebagainya. Setiap hari ia asyik menjajaki dan mencoba berbagai warung kopi di tanggul bengawan solo, sekitar pasar, alun-alun, dan wilayah ledok, seakan-akan malam itu penak dan lelahnya hilang sesaat, berganti dengan kesenangan melihat body gadis-gadis muda nan seksi, atau sekedar berjalan beriringan dengan teman yang mungkin senasip dengannya. hatinya mungkin riang melihat orang bingunng berbaur denngan orang marah, panik, kesepian, dan orang yang sibuk sendiri. Atau mungkin hanya duduk menikmati lampu taman, kembanng api, dan hilir mudik muda-mudi Bojonegoro.

*hasil Observasi Eksplorasi Produksi Teater Lentera